kenapa harus les?
Kenapa Harus Ikut Les Tambahan? Apa Fungsi sekolah?
Ada sederet pertanyaan besar
dalam masyarakat sekarang ini, Kenapa anak sekolah harus ikut les
tambahan? Kalau sekolah saja belum cukup lalu apa fungsi sekolah?,
Dimana tanggung jawab guru? Untuk apa mereka digaji begitu besar plus
tunjangan sertifikasi? Saya sendiri tidak habis pikir, apa yang salah
dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini. Dengan anggaran
pendidikan yang begitu besar, mencapai 20% dari APBN hasilnya malah
semakin mengecewakan. Dulu, ketika gaji guru masih seperti gajinya si
“Umar Bakri” justru anak-anak tidak perlu mendapatkan les tambahan diluar jam pelajaran sekolah.
Les
tambahan yang saya maksud disini adalah kegiatan pembelajaran di luar
sekolah. Seperti yang kita lihat, saat ini banyak sekali tempat les yang
ada baik itu yang berbentuk Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) atau les
privat di rumah-rumah warga. Jumlah LBB yang dulu bisa dihitung dengan
jari sekarang tumbuh bagai jamur dimusim penghujan. Mulai dari yang
biayanya ratusan ribu hingga yang jutaan rupiah. Bisnis “Pendidikan
Bayangan” ini semakin berkembang dan menjadi ladang bisnis baru yang
cukup menjanjikan. Pertanyaannya sekarang adalah, Kenapa orang tua rela
merogoh kocek cukup besar?
Konsep Belajar Tuntas
Tugas
guru di sekolah sejatinya tidak asal mengajar, tanpa mengetahui apakah
peserta didik sudah bisa menyerap materi yang diajarkan atau belum.
Tugas guru adalah membuat peserta didik bisa mencapai kompetensi dasar
yang sudah ditetapkan dalam SKBM. SKBM adalah singkatan dari Standard
Ketuntasan Belajar Mengajar yaitu tingkat pencapaian kompetensi dasar
yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Siswa yang hasil
belajarnya belum mencapai nilai SKBM dikatakan belum tuntas, adapun
penentunnya melalui analisis ketuntasan belajar minimal setiap indikator
dan menjadi kewenangan setiap guru.
Washburn
dan H.C. Marison mengembangkan suatu sistem pengajaran sehingga semua
siswa diharapkan dapat menguasi sejumlah tujuan pendidikan. Bahan
pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut dibagi atau unit-unit. Setiap unit terdiri dari bahan-bahan
pelajaran yang diurutkan secara singkat sistematik dari yang mudah ke
bahan yang sukar. Setiap siswa diharuskan menguasai satu unit pelajaran
sebelum diperbolehkan untuk mempelajari unit pelajaran berikutnya. Bagi
siswa yang gagal menguasai satu unit pelajaran tertentu harus diberikan
unit pelajaran perbaikan.
Ada 4 cara yang digunakan oleh H.C. Morrison dalam program perbaikannya yaitu :
1. Mengulang kembali mengajar bahan pelajaran
2. Menuturkan siswa
3. Menyusun kembali aktifitas belajar siswa
4. Mengadakan perbaikan terhadap kebiasaan iswa dalam cara belajarnya.
Kalau
konsep “Belajar Tuntas” sebagaimana tersebut diatas sudah dijalankan
seharusnya anak-anak tidak perlu lagi mengikuti les tambahan belajar.
Dengan jumlah jam pelajaran yang tersedia di sekolah guru bisa
menuntaskan proses belajar mengajarnya dengan baik. Tidak perlu lagi ada
les tambahan, yang meyebabkan nantinya otak anak akan semakin jenuh dan
tidak bisa mencerna pelajaran yang diberikan. Saya sering menanyakan
kepada beberapa anak sekolah, rata-rata mereka mengatakan
letih dan tidak sanggup jika terus-menerus menjalani yang seperti ini.
Lihat saja, 8 jam mereka habiskan waktu hidupnya setiap hari di sekolah.
Kalau setelah itu harus ikut les tambahan, apa tidak ada yang
memikirkan perkembangan anak?
Pentingnya Strategi, Metode dan Teknik Belajar Mengajar yang tepat.
Beberapa
waktu yang lalu saya menggantikan teman saya memberikan les bimbingan
belajar karena dia ada tugas di kampus. Kebetulan waktu itu menjelang
ujian tengah semester (UTS) sehingga les tidak bisa diliburkan. Dari
pengamatan yang saya lakukan, saya sangat prihatin karena penguasaan
materi anak-anak SD dan SMP sangat lemah. Seharusnya kalau di sekolah
sudah dilakukan proses belajar mengajar dengan ketuntasan ideal 75%
tidak mungkin kondisinya seperti ini. Saya coba menggali informasi dari
mereka apakah di sekolah sudah dijelaskan oleh guru mengenai materi ini?
Rata-rata mereka mengatakan sudah dijelaskan tetapi mereka belum paham.
Berangkat
dari kondisi tersebut saya jadi teringat waktu awal-awal munculnya
teknik CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pada waktu itu banyak orang tua
siswa SD disekitar tempat tinggal saya yang stress karena tiap sore hari
anak-anaknya menangis karena tidak bisa mengerjakan PR. Rupanya si anak
tidak mendapatkan penjelasn yang memadai sehingga tidak bisa
mengerjakan tugas yang harus dikerjakan dirumah. Mungkin anak-anak belum
bisa diajak belajar dengan metode CBSA. Dari sini saya menyimpulkan
bahwa penggunaan strategi, metode dan teknik belajar mengajar yang baik
menurut kurikulum belum tentu cocok dengan kondisi sekolahan di
desa-desa. Dalam menghadapi kondisi seperti ini guru hendaknya kreatif
mencari strategi, cara, dan metode yang sesuai sehingga tujuan
pengajaran bisa dicapai. Untuk apa proses belajar mengajar dilaksanakan
kalau hasilnya nol?
Strategi
belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi
sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman
belajar kepada siswa. Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas
pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau
paket pengajarannya. Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua
komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk
membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain
strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan
tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai Tiap tingkah laku
yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan
tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus
dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.
Sedangkan
metode, adalah cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar),
maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai,
makin efektif pula pencapaian tujuan. Jadi keberhasilan sebuah proses
banyak dipengaruhi oleh penggunaan strategi belajar mengajar yang baik
dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.
Lalu Apa Solusinya.
Solusi agar anak sekolah tidak perlu mengikuti les tambahan diluar jam pelajaran sekolah yang pertama adalah menerapkan konsep belajar tuntas.
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator harus
ditetapkan minimal 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dengan cara ini siswa
sudah bisa mencapai kompetensi dasar melalui kegiatan belajar mengajar
di sekolah sehingga tidak perlu lagi mengikuti les tambahan.
Yang
kedua adalah pemerintah harus mengevaluasi kinerja guru yang merupakan
Pegawai Negeri Sipil. Dengan diberikannya gaji yang cukup besar ditambah
lagi dengan tunjangan profesi seharusnya guru menjalankan tugasnya
secara profesional. Tidak ada lagi alasan guru harus ngobyek mencari
tambahan penghasilan. Guru harus menjalankan tugas sebagaimana telah
dimanatkan oleh undang-undang. Jika ditemukan guru yang mengajar tidak
semestinya pemerintah harus memberi teguran atau peringatan. Dan bila
membandel bisa mencabut tunjangan profesinya. Jangan sampai uang negara
yang notabene adalah uang rakyat dihambur-hamburkan tetapi tidak ada
hasilnya.
Yang
ketiga, Jika dalam proses belajar mengajar guru menilai ada siswa yang
gagal atau belum mencapai standard ketuntasan minimal maka sebagai guru
profesionan mereka harus melakukan berbagai upaya sampai peserta
didiknya bisa mencapai kompetensi dasar sesua indikator yang telah
ditetapkan. Guru harus melakukan pengajaran perbaikan (corrective
teaching) dan bila diperlukan terhadap anak-anak yang bermasalah bisa
diberikan pengajaran remidi (remidial teaching).
Saya
yakin, jika semua guru sudah memegang teguh amanah ini maka tidak perlu
lagi anak-anak mengikuti les tambahan diluar jam sekolah. Anak-anak
cukup sekolah dan belajar dirumah setiap sore hari sebagaimana sejak
dahulu dilakukan di masyarakat kita.
Penutup
Tulisan ini hanya opini semata yang saya buat karena melihat fakta yang ada bahwa bahwa
belajar disekolah saja tidak cukup. Bahkan banyak masyarakat yang
mengeluh kalau anak-anaknya tidak ikut les akan tertinggal dan tidak
bisa menguasai materi pelajaran dengan benar. Akhirnya tidak ada pilihan
bagi orang tua untuk mengikutkan anak-anaknya ke lembaga bimbingan
belajar demi keberhasilan buah hatinya.
Komentar
Posting Komentar